Relief Dan Struktur Bumi
RELIEF DAN STRUKTUR BUMI
2.1. Relief
Bumi.
Pada dasarnya relief bumi sangat beragam
sehingga seringkali membingungkan pikiran kita. Bagi orang baru jarang mereka
menyangka bahwa relef bumi itu yang tidak tetap akan menjadi teratur dan mudah
difahami jika bentuk yang berlainan itu diklasifikasikan berdasarkan asal mula dan dibedakan menjadi
tiga yitu relief bumi orde satu, relief bumi orde dua dan relief bumi orde
tiga.
2.1.1. Bentuk
relief bumi orde satu.
Bentuk relief bumi orde satu terdiri
dari benua-benua dan samudera. Benua itu terjadi pada awal sejarah dunia ini.
Perubahan-perubahan relief tidak menghilangkan benua yang telah ada dan tidak
menghasilkan relief baru, tetapi perubahan ini hanya terjadi pada bentuk-bentuk
batuan. Tiap-tiap benua bukan saja mengandung batuan di daratan yang timbul
dari muka laut tetapi juga kawasan pinggir yang dinamakan pelantar benua yang
tenggelam sedikit, dan ujungnya menumjam ke laut dalam. Ada juga ada beberapa
muara-muara dan teluk yang pda dasarnya merupakan bagian dari benua tersebut.
Ada beberapa teori yang menjelaskan
tentang terbentuknya benua diantaranya adalah Teori tetrahedron oleh Lowthian
Green berpendapat bahwa kontraksi dunia menyebabkan bentuk tetrahedron dan
benua-benua tersebar pada empat penjuru. Ada beberapa bagian benua yang luas,
kini sudah menjadi daratan, yang pada masa lalu pernah tenggelam tetapi tidak
begitu dalam maka boleh dianggap sebagai bagian dari lautan. Jalur gunung telah
terjadi dan dibinasahkan, daratan meluas timbul dan akan ditenggelamkan dan
dinaikan kembali, akibat dari gunungapi telah meninggalkan bentuk yang khas,
tetapi dangkalan benua dan samudera masih ada, ini merupakan bentuk relief bumi
orde satu.
2.1.2. Bentuk
relief bumi orde kedua.
Kawasan benua terdiri dari penugungan dan
dataran, atau disebut dengan keadaan fisiografis atau kawasan geologik, ini
disebut bentuk relief bumi orde kedua. Bentuk relief orde kedua ini terbentuk
dari tenaga endogen dan tenaga eksogen. Tenaga endogen meliputi epirogenesa dan
orogenesa serta volkanisme, sedang tenaga eksogen yang bekerja pada pembentukan
relief orde dua adalah erosi. Bentuk-bentuk yang dihasilkan pada orde dua
adalah daerah dengan perlapisan sederhana
dan membentuk dataran dan tadaran tinggi (Gambar A). Kumpulan besar yang
kedua meliputi gunung-gunung, struktur geologinya mulai berubah dan membentuk
beberapa jenis gunung, bila lapisan batuan sedimen itu melengkung ke atas
membentuk kubah, lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah sekitarnya
(Gambar B). Jika kerak bumi itu trpecah menjadi bongkah-bongkah yang bergeser
naik atau turun atau terpatahkan yang membentuk pegunungan patahan (Gambar C).
Apabila batuan sedimen itu mendapatkan tekanan melebar dan batuan tersebut
terlipat maka membentuk pegunungan lipatan (Gambar D). Pada akhirnya gabungan
dari beberapa proses fisik akan membentuk
pegunungan komplek (Gambar E). Kenampakan yang lain adalah bentuk-bentuk
yang diakibabkan oleh aktivitas volkanisme atau yang berhubungan dengan
volkanisme (Gambar F), lihat Gambar 2.1.
2.1.3. Bentuk
relief bumi orde ketiga.
Bentuk-bentuk penghancuran oleh tenaga eksogen yang meliputi empat
tenaga utama yaitu sungai, sungai glasier, ombak dan angin. Bentuk-bentuk yang
dihasilkan oleh tenaga sungai yang
berupa bentuk penkikisan seperti lembah kecil, lembah, jurang/tebing dan
kanyon, bentuk-bentuk sisa seperti puncak bukit, bukit sisa dan daerah-daerah
puncak dan bentuk-bentuk lain adalah pengendapan seperti kipas aluvial, dataran
endapan dan delta. Bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh tenaga sungai glasier,
adalah bentuk pengkikisan seperti kori dan gaung glasier, bentukan sisa seperti
puncak-puncak Matterhorn, rabung aret, dan roche mountonnee dan bentukan
endapan seperti morain, drumlin, kame dan esker. Bentukan oleh tenaga ombak
yaitu bentukan pengkikisan gua laut,
bentukan sisa tebing tinggi, batu tunggul, gerbang laut dam tubir laut dan
bentukan endapan seperti beting dan pantai.
Bentukan oleh tenaga angin, yang merupakan bentukan pengkikisan seperti
lubang tiupan di dataran atau daerah berpasir, bentukan sisa bentuk-bentuk
seperti tiang, batuan cendawan dan bentukan endapan berupa bukit pasir atau
sanddune dan tanah loes, lihat Gambar 2.2.

Gambar 2.1:
Bentuk relief bumi orde kedua.
Gambar 2.2:
Bentuk relief bumi orde ketiga.
2.2. Siklus
Geomorfologi.
2.2.1. Siklus
geomorfologi daerah lembab/basah.
Siklus geomorfologi pada daerah lembab
di bedakan menjadi empat stadium yaitu stadium muda, stadium dewasa, stadium
tua dan stadium peremajaan. Pada stadium muda (Gambar A), bentuk muka bumi
seragam wujudnya, dataran muda baru dinaikan dari dasar laut dan tidak berbentuk, hanya ada beberapa buah
sungai yang mengalir di permukaannya, bentukan lain berupa pegunungan patahan,
pegunungan kubah, pegunungan lipatan dan gunungapi dan pada stadium ini belum
tersentuh oleh tenaga penghancur. Perkembangan selanjutnya sistem aliran
bertambah, sungai bertambah banyak dan semakin panjang, lembah-lembah sungai
sudah mulai terkikis maka akhirnya
permukaan yang asli tidak kelihatan lagi, keadaan seperti ini di sebut dengan
stadium dewasa (Gambar B). Setelah melewati stadium dewasaini, relief bumi
menjadi kurang kasar, tenaga penghancur ini menyebabkan muka bumi terkikis
sampai aras laut, dan mungkin pada aras yang paling dalam dan tinggal suatu
kawasan dataran terkikis dan permukaannya hampir rata terkadang terdapat bukit
sisa atau monadnocks, kondisi seperti ini dinamakan stadium tua (Gambar C).
Stadium peremajaan ini timbul setelah siklus ini mencapai puncaknya yaitu tua,
dan akhirnya menjadikan daerah tersebut kembali rata dan sungai-sungai mulai
mengkikis dan menyebabkan timbulnya siklus baru fase kedua (Gambar D) lihat
Gambar 2.3.
2.2.2. Siklus
Geomorfologi Daerah Kering.
Dalam siklus geomorfologi daerah kering
terdapat empat stadium yaitu stadium permulaan, stadium muda, stadium dewasa
dan stadium tua. Pada stadium permulaan terdapat bentuk-bentuk
bongkah-bongkah dan sungai-sungai yang
terputus-putus mengkikis kawasan yang lebih tinggi dan menutup kawasan yang
lebih rendah ( Gambar A). Stadium muda ( Gambar B) bentuk-bentuknya berupa
kanyon dengan bentuk asli masih terdapat dan proses oleh angin lebih penting
untuk memindahkan material-material ke tempat yang lebih jauh. Stadium dewasa
(Gambar C) terbentuk sistem aliran sungai yang timbul dari daerah-daerah rendah
atau dari yang lebih tinggi oleh akibat penimbuhan cerun, serta pembentukan gunung mulai aktif
dan menghilangkan bentuk bongkah. Pada stadium tua (Gambar D) daerah-daerah
yang ledok terisi oleh sedimen dan menjadikan daerah lebih tinggi, gradien
sungai mengecil sehingga tenaganya berkurang dan pengkikisan dan pengendapan oleh angin memegang peranan
yang penting dan lebih besar, aliran sungai mulai tersekat dan berkurang
jumlahnya, lihat Gambar 2.4.
Gambar 2.3:
Stadium-stadium siklus geomorfologi pada daerah lembab.

Gambar 2.4:
Stadium-stadium dalam siklus geomorfologi pada daerah
Kering.
2.3. Struktur Bumi.
Struktur bumi khususnya struktur pada
bagian litosfera meliputi: lipatan (fold), sesar (fault), kekar (joint), dan
ketidakselarasan (unconformity). Pada bagian ini akan dibahas kekar dan
ketidakselarasan, sedang lipatan dan sesar sudah di uraikan pada bab terdahulu.
2.3.1. Kekar
(Joint).
Kekar adalah bagian permukaan bumi atau
bidang yang memisahkan batuan, dan sepanjang bidang tersebut belum terjadi
pergeseran. Di samping merupakan bidang datar, kekar dapat pula merupakan
bidang lengkung (Billing, 1954). Berdasarkan geometrinya kekar dapat dibagi
menjadi empat, yaitu:
- Kekar jurus (strike joints), bila arah jurus kekar
sejajar atau hampir sejajar dengan arah jurusbidang lapisan batuan
sedimen, struktur schistosity sekis dan struktur gneissic.
- Dip joints, bila arah jurus bidang kekar sejajar atau
hampir sejajar dengan arah dip lapisan batuan, schistosity atau dip
struktur gneissic.
- Oblique atau Diagonal joints, bila arah jurus bidang
kekar terletak antara jurus dan arah dip batuan yang bersangkutan.
- Bedding joints, bila bidang kekar sejajar dengan
bidang lapisan batuan sedimen.
Berdasarkan
genesisnya, kekar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
- Kekar tarik (tension joints), bila bidang kekar tegak
lurus terhadap arah gaya tarik yang bekerja pada batuan.
- Kekar gerus (shear joints), disebabkan oleh gaya yang
cenderung menggeser batuan atau menyesarkan batuan, lihat Gambar 2.5.
2.3.2.
Ketidakselarasan (unconformity).
Ketidakselarasan adalah suatu permukaan
erosi atau non deposisi (umumnya yang pertama), yang memisahkan lapisan-lapisan
yang lebih muda dari batuan-batuan yang lebih tua. Perkembangan
ketidakselarasan meliputi beberapa tahap, tahap pertama yaitu pembentukan
batuan yang lebih tua, umumnya diikuti oleh pengangkatan dan erosi , akhirnya
lapisan-lapisan muda diendapkan (Billings, 1954). Ketidakselarasan dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu: disconformity, angular unconformity dan nonconformity,
lihat Gambar 3.6.

Gambar 2.5:
Klasifikasi kekar.

Gambar 2.6:
Macam-macam ketidakselarasan (Gilluly, Waters, Woodford, 1959).
Komentar
Posting Komentar