KAJIAN LAJU PERMEABILITAS TANAH DAN SEBARAN LONGSORLAHAN
DI KECAMATAN AJIBARANG
KABUPATEN BANYUMAS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Tanah longsor sering melanda beberapa wilayah di tanah air. Beberapa faktor alami yang menyebabkan seringnya terjadi bencana tersebut antara lain banyak dijumpai gunung api baik yang masih aktif maupun yang non aktif terutama pulau sumatra bagian barat dan pulau jawa bagian selatan. Kedua wilayah tersebut merupakan bagian dari cincin api yang melingkari cekung samudra pasifik dari benua asia sampai benua amerika, selain itu wilayah Indonesia merupakan wilayah pertemuan tiga lempeng australia, eurasia dan pasifik sehingga sering di landa gempa bumi tektonik. Guncangan gempa tersebut dapat mengakibat tanah longsor pada daerah perbukitan dengan lereng yang curam (Rudiyanto,2010 )
Peristiwa tanah longsor sering terjadi pada lereng alami atau lereng non alami dan sebenarnya merupakan fenomena alam, yaitu alam mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta peningkatan tegasan geser tanah (Suryolelono (2002) dalam Kuswaji (2008)).
Munir (2006) tanah longsor akan terjadi disuatu tempat apabila tiga hal berikut ini telah terpenuhi, yaitu:
1.      Adanya lereng yang cukup curam yang memungkinkan suatu volume besar tanah meluncur atau bergerak.
2.      Adanya lapisan di bawah tanah permukaan yang kedap air dan lunak yang akan berfungsi sebagai bidang luncur.
3.      Terdapat cukup air dalam tanah sehingga lapisan tanah yang berada tepat di atas lapisan kedap air itu akan jenuh.
Geomorfologi sebagai salah satu bagian dari ilmu kebumian yang mempelajari konfigurasi permukaan bumi dan proses-proses yang membentuk dan merubahnya telah banyak diaplikasikan bagi kepentingan umat manusia, salah satunya aplikasinya adalah untuk memahami karateristik lahan. Vestappen (1983) menyebutkan bahwa geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang bentuk lahan (Landform) yang membentuk permukaan bumi , baik di atas maupun di permukaan laut, genesis dan perkembangannya yang akan datang, sejalan dengan konteks lingkungannya. Berdasarkan definisi bentuklahan tersebut dapat diketahui bahwa bentuk lahan adalah konfigurasi permukaan bumi yang mempunyai rilief khas, karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan bekerjanya proses alam pada batuan penyusunnya di dalam ruang dan waktu tertentu.
Cooke dan Doornkamp (1994), menjelaskan kontribusi geomorfologi terhadap penilaian kejadian gerakan massa, bahwa ada beberapa faktor yang perlu diketahui untuk menilai kejadian gerakan massa atau tanah longsor, yaitu : Lereng, drainase, batuan dasar, tanah, bekas-bekas longsor sebelumnya, iklim dan pengaruh aktivitas manusia. Mengacu pada berbagai konsep tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ada hugungan erat antara kondisi geomorfologi suatu wilayah dengan karateristik kejadian longsorlahan, karena faktor-faktor penyusun bentuklahan juga akan berpengaruh terhadap karateristik tanah longsor yang dicerminkan dengan berbagai tipe longsoran.
Kabupaten Banyumas terutama di bagian utara dan selatan sebagian besar tanah atau batuanya di bentuk oleh batuan vulkanik yang tanah pelapukanya gembur, dan sebagian daerahnya berlereng terjal, sehingga pada musim hujan rentan sekali dengan potensi terjadinya gerakan tanah  yang dapat merubah kelestarian alam dan mengancam kenyamanan penduduk setempat  (Anonim,BAPPEDA,2003). Kabupaten Banyumas mempunyai tingkat kerawanan cukup tinggi terhadap tanah longsor, 14 Kecamatan dari 27 Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas adalah wilayah yang mempunyai tingkat kerawanan yang cukup tinggi terhadap kejadian tanah longsor berdasarkan hasil pemetaan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, Kecamatan Ajibarang salah satu Kecamatan di Banyumas yang mempunyai tingkat kerawanan bencana longsorlahan, tingkat kerawanan longsorlahan disebabkan karena kemampuan tanah meloloskan air lambat.
Longsorlahan menyebabkan kerugian bagi manusia, dampak yang di timbulkan oleh bencana alam ini sangat bervariasi tergantung dari intensitas bencana serta kondisi sosial ekonomi daerah yang terkena bencana. Secara umum dampak bencana ini dikelompokan  menjadi 2 yaitu dampak terhadap lingkungan fisik dan dampak terhadap lingkungan sosial (Sutikno (1985) dalam Suwarno dan Sutomo (2007)). Longsorlahan merupakan proses alam dapat menyebabkan timbulnya bencana termasuk dalam proses geomorfik yang bekerja di permukaan bumi yang cenderung mengubah konfigurasi muka bumi.
              Faktor- faktor penyebab terjadinya longsorlahan adalah faktor aktif dan faktor pasif. Faktor pasif meliputi litologi, stratigrafi , topografi, struktur, geologi, dan iklim, sedangkan faktor aktif meliputi aliran air dan campur tangan kegiatan manusia. Terjadinya gerakan massa (tanah dan batuan) semuanya tergantung pada geologi, topografi, Serta iklim (Sharpe dalam Thornbury Dalam Imam Harjono)
              Permeabilitas tanah dapat dinyatakan sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan pada media berpori dalam keadaan jenuh, permeabilitas menyatakan cepat lambatnya masuknya air ke dalam tanah, apabila masuknya air lambat, maka akan menambah beban tanah dan mempengaruhi tingkat terjadinya longsorlahan. Salah satu penyebab longsor adalah tekstur tanah, tekstur tanah berpengaruh pada permeabilitas tanah, jika permeabilitas lambat, maka akan mudah terjadinya longsorlahan.
Melihat latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul “ Kajian Laju Permeabilitas Tanah Dan Sebaran Longsorlahan di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas”.

1.2. Rumusan Masalah.
Berdasarkan Uraian di atas dapat di rumuskan masalah Sebagai Berikut
“Bagaimanakah laju permeabilitas tanah dan sebaran longsorlahan di daerah Kecamatan Ajibarang“

1.3. Tujuan Penelitian.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui laju permeabilitas tanah dan  sebaran longsorlahan di daerah Kecamatan Ajibarang

1.4. Manfaat Penelitian.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberi informasi tentang  longsorlahan, sebaran longsorlahan dan permeabilitas tanah, memberi informasi kepada mahasiswa dan masyarakat tentang sebaran longsor dan kejadian longsorlahan  di daerah Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Longsorlahan
Longsorlahan merupakan bentuk erosi di mana pengangkutan atau gerakan masa tanah terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar. Peristiwa tanah longsor dikenal sebagai gerakan masa tanah, batuan, atau kombinasinya, sering terjadi pada lereng-lereng alam atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam yaitu alam mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhinya dan menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser tanah. (Suripin, 2002)
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2005), tanah longsor dapat terjadi karena faktor alam dan faktor manusia.
A.  Faktor Alam
Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsorlahan antara lain :
1.        Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan batu lempung, lereng yang terjal diakibatkan oleh struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi, dan gunung api, lapisan batuan yang kedap air miring ke lereng yang berfungsi sebagai bidang longsoran, adanya retakan karena proses alam.
2.        Keadaan tanah: erosi dan pengikisan, adanya daerah longsor lama, ketebalan tanah pelapukan bersifat lembek, butiran halus, tanah jenuh karena air hujan.
3.        Iklim : curah hujan yang tinggi, air (hujan yang di atas normal)
4.        Keadaan topografi : lereng yang curam
5.      Keadaan tata air : kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika, susut air cepat, banjir dan aliran bawah tanah pada sungai lama.
B.       Faktor Manusia
Ulah manusia yang tidak bersahabat dengan alam antara lain :
1.        Pemotongan tebing pada penambangan batu pada lereng yang terjal
2.        Penimbunan tanah urugan didaerah lereng.
3.        Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
4.        Perubahan tata lahan seperti penggundulan hutan menjadi lahan basah yang menyebabkan terjadinya pengikisan oleh air permukaan dan menyebabkan tanah menjadi lembek.
5.        Adanya budidaya kolam ikan dengan genangan air diatas lereng.
6.        Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
7.        Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan sendiri.
8.        Sistem drainase daerah lereng tidak baik yang menyebabkan lereng semakin terjal akibat penggerusan oleh air saluran ditebing.
9.      Adanya retakan akibat getaran mesin ledakan, beban massa yang bertambah dipicu beban kendaranaan, bangunan dekat tebing, tanah kurang padat karena material urugan atau material longsoran lama pada tebing.
10.    Terjadinya bocoran air saluran dan luapan air saluran.
Arsyad(1989), mengemukakan bahwa longsorlahan ditandai dengan bergeraknya sejumlah massa tanah secara bersama-sama dan terjadi sebagai akibat meluncurnya suatu volume tanah diatas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air. Lapisan yang terdiri dari tanah liat atau yang mengandung kadar tanah liat tinggi setelah jenuh air akan bertindak sebagai peluncur.Longsoran akan terjadi jika terpenuhi tiga keadaan sebagai berikut :
a.         Adanya lereng yang cukup curam sehingga massa tanah dapat bergerak atau meluncur kebawah
b.        Adanya lapisan di bawah permukaan tanah yang agak kedap air dan lunak, yang akan menjadi bidang luncur, dan
c.       Adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah yang terjadi diatas lapisan kedap air tersebut menjadi jenuh.
2.2. Jenis- Jenis Longsoran
ESDM (2003), ada 6 (enam) jenis tanah longsor, yaitu: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan.
jenis longsor translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia, hal tersebut dikarenakan tingkat pelapukan batuan yang tinggi, sehingga tanah yang terbentuk cukup tebal.
Tabel2.1. Jenis-Jenis Longsoran
No.
Jenis Longsoran
Sketsa
Keterangan
1.
Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan  pada bidang  gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
2.
Longsoran Rotasi
Longsoran     rotasi     adalah bergeraknya massa tanah dan batuan  pada bidang  gelincir berbentuk cekung.
3.
Pergerakkan Blok
Pergerakan     blok     adalah bergeraknya batuan pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut longsoran translasi blok batu
4.
Runtuhan Batu

Runtuhan batu adalah runtuhnya sejumlah  besar  batuan  atau material lain bergerak ke bawah dengan   cara   jatuh   bebas. Umumnya terjadi pada lereng
yang terjal hingga menggantung.
5.
Rayapan Tanah



Rayapan tanah  adalah  jenis gerakan tanah yang bergerak lambat. Jenis gerakan tanah ini hampir  tidak  dapat  dikenali. Rayapan    tanah    ini    bisa menyebabkan   tiang  telepon, pohon, dan rumah miring.

6.
Aliran Bahan Rombakan
Gerakan tanah ini terjadi karena massa tanah bergerak didorong oleh   air. Kecepatan   aliran
dipengaruhi kemiringan lereng,
volume dan tekanan air, serta jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ribuan meter.
Sumber :ESDM (2003)

2.3. Permeabilitas Tanah.
              Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk meloloskan air melalui pori- pori dalam keadaan jenuh. Air masuk dalam tanah akan mengurangi gesekan dalam tanah sehingga mempengaruhi tingkat kerentanan tanah longsor.
Permeabilitas timbul karena adanya pori kapiler yang saling bersambungan satu dengan yang lainya. Secara kuantitatif permeabilitas dapat dinyatakan sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan pada media berpori dalam keadaan jenuh. Permeabilitas tanah menyatakan cepat lambatnya masuknya air ke dalam tanah, apabila masuknya air lambat, maka akan menambah beban tanah dan mempengaruhi tingkat terjadinya longsorlahan. Berikut adalah Tabel klasifikasi permeabilitas tanah.

                   Tabel 2.2. Klasifikasi Permeabilitas Tanah
Permeabilitas Tanah
Kecepatan (Cm/jam )
Cepat
>12,5
Agak cepat
6,25- 12,5
Sedang
2,0- 6,25
Agak lambat
0,5- 2,0
Lambat
<0,5
            Sumber : (Dibyosaputro (1992) dalam Suwarno dan Sutomo (2012))
2.4. Lereng ( Topografi )
Karnawati ( 2001 ), kelerengan menjadi faktor yang sangat penting dalam proses terjadinya tanah longsor. Pembagian zona kerentanan sangat terkait dengan kondisi kemiringan lereng lebih 15 persen perlu mendapat perhatian terhadap kemungkinan bencana tanah longsor dan tentunya dengan mempertimbangkan faktor- faktor lain yang mendukung. Pada dasarnya sebagian besar wilayah indonesia merupakan daerah perbikitan atau pegunungan yang membentuk lahan miring, namun tidak selalu lereng atau lahan yang miring berbakat atau berpotensi longsor. Potensi terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lerengnya, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup, dan penggunaan lahan pada lereng tersebut.
Lebih lanjut Karnawati (2001) menyebutkan terdapat 3 tipologi lereng yang rentan bergerak atau longsor, yaitu :
1.      Lereng yang tersusun oleh tumpukan tanah gembur dialasi oleh batuan atau tanah yang lebih kompak.
2.      Lereng yang tersusun oleh pelapisan batuan miring searah lereng.
3.      Lereng yang tersusun oleh blok- blok batuan.
Kemampuan suatu lereng tergantung pada gaya penggerak dan gaya pebahan yang ada pada lereng tersebut. Gaya penggerak adalah gaya- gaya yang berusaha untuk membuat lereng longsor, sedangkan gaya penahan adalah gaya- gaya yang mempertahankan kemantapan lereng tersebut, jika gaya penahan ini lebih besar dari pada gaya penggerak, maka lereng tersebut tidak akan mengalami gangguan. (Notosiswojo dan Projosumarto (1984) dalam Mustafril (2003))
Klasifikasi kemiringan lereng dan satuan morfologi di bagi menjadi 6 (enam) satuan kelas kemiringan lereng yaitu  kelas dalam tabel kemiringan lereng dan satuan morfologi.
Tabel 2.3.Klasifikasi kelas kemiringan lereng
Bentuk Medan
Kemiringan Lereng
Satuan Morfologi
( % )
( ° )
Datar
Landai
Agak Terjal
Terjal
Sangat Terjal
Tegak
0 – 5
5 - 15
15 - 30
30 - 50
50 - 70
>70
0 – 3
3- 9
9-17
17-27
27-36
36-90

Dataran
Pebukitan berelief halus
Pebukitan berelief sedang
Pebukitan berelief agak kasar
Pebukitan  berelief kasar
Perbukitan berelief sangat kasar
Sumber : Anonim, BAPPEDA Banyumas, 2003

2.5. Kelas Tekstur Tanah.
            Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif 3 golongan besar partikel tanah dalam suatu massa, terutama perbandingan antara fraksi- fraksi lempung (clay), debu  silt) dan pasir (sand). Semakin halus tekstur semakin luas permukaan butir tanah. maka semakin banyak kemampuan menyerap air, sehingga semakin besar peranannya terhadap kejadian tanah longsor.Tekstur tanah di peroleh dengan analisis sampel tanah di laboratorium. (Arsyad (1971) dalam Dwi Kurniawan (2012) )


Tabel.2.4.klasifikasi Tekstur Tanah.
Kriteria
Keterangan
Tanah bertekstur kasar, meliputi : tekstur pasiran dan pasir geluhan
Tanah bertekstur agak kasar, meliputi : tekstur geluh pasiran dan geluh pasiran sangat halus
Tanah bertekstur sedang, meliputi : tekstur geluh pasiran sangat luas, geluh , geluh debuan, dan abu
Tanah bertekstur Agak halus, Meliputi : tekstur geluh lempungan, pasiran, dan geluh lempung debuan.
Tanah bertekstur halus, melputi : tekstur lempung berpasir, lempung debu dan lempung.
Sangat Baik

Baik

Sedang

Jelek

Sangat jelek
Sumber : (Arsyad (1971) dalam Dwi Kurniawan (2012) )
Beberapa sifat tanah yang mempengaruhi longsorlahan adalah tekstur ,struktur, kandungan bahan organik, sifat lapisan tanah, kedalaman tanah,dan tingkat kesuburan tanah. tekstur, struktur tanah dan kedalaman tanah menentukan besar kecilnya air limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air.(Arsyad (1971) dalam Dwi Kurniawan (2012) )
2.6  Penelitian Sebelumnya.
Tabel.2.5. Perbandingan Penelitian Sebelumnya dengan Penelitian Peneliti
Peneliti
Judul
Tujuan
Metode
Hasil
Peneliti,2013
Kajian Laju Permeabilitas  Tanah Dan Sebaran Longsor Lahan di Kecamatan Ajibarang
Untuk mengetahui Laju permeabilitas tanah ,tempat kejadian Daerah longsorlahan dan sebaran longsorlahan di daerah penelitian.
Survai lapangan dan analisa laboratorium
peta sebaran lonsorlahan dan peta permeabilitas.
Dwi Kurniawan , 2012
Kajian laju permeabilitas tanah terhadap tipe longsor di kecamatan ajibarang kabupaten banyumas
-          Untuk mengetahui tipe longsor lahan di daerah penelitian
-          Untuk mengetahui tingkat permeabilitas tanah di daerah penelitian
-          Untuk mengetahui hubunganya tingkat permeabilitas tanah dengan tipe longsor
Survai lapangan dan analisis laboratorium
Peta longsorlahan, peta tipe longsorlahan, dan peta permeabilitas
Indra Perdana Saputra (2012)




Pengaruh Laju Infiltrasi  TerhadapPersebaran longsorlahan di kecamatan Pekuncen kabupaten Banyumas
-          Mengetahui Laju Infiltrasi
-          Mengetahui laju Infiltrasi terhadap sebaran Longsorlahan
Observasi lapangan
Peta lokasi sebaran longsorlahan .
Suwarno, (2003)
















Studi Geomorfologi untuk Estimasi Bahaya dan Resiko Longsorlahan di kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah
- mempelajari, mengklasifikasi dan memetakan kondisi geomorfologi sebagai karakteristik medan sebagai faktor pendorong terjadinya longsorlahan di daerah penelitian
-mengetahui agihan tingkat bahaya longsorlahan di daerah penelitian.
-mengetahui resiko ynag diakibatkan oleh longsor lahan didaerah penelitian.

Survai dan observasi lapangan dan analisa laboratorium
Peta geomorfologi peta kerentanan bahaya longsorlahan
Peta resiko longsorlahan.


















2.7. Landasan Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka dapat dirumuskan landasan teori sebagai berikut.
              Longsorlahan adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan tanah atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya longsorlahan pada prinsipnya terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari pada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng air, beban serta berat jenis tanah batuan.
            Permeabilitas tanah merupakan sifat bahan berpori, dapat mengalir atau merembes dalam tanah. cepat lambatnya masuknya air kedalam tubuh tanah apabila masuknya air kedalam tanah lambat maka akan menjadi beban dan akan mempengaruhi terjadinya longsorlahan.     

2.8. Kerangka Pikir
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka dapat di ajukan kerangka pikir penelitian untuk menganalisis tahapan penelitian.
Longsor biasanya terjadi ketika musim penghujan tiba dangan intensitas hujan yang tinggi.pada saat musim kemarau panjang kan menyebabkan tanah  mempunyai kandungan air yang sedikit sehingga menyebabkan keretakan dan merekahnya tanah permukaan, ketika hujan.air akan masuk kebagian yang retak sehingga tanah dengan cepat menyerap air.intensitas yang tinggi biasanya sering menjadikan kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan  lebat dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah,air akan masuk dan terakumulasi didalam tanah,sehingga tanah yang akan menjadi jenuh air karena kandungan air yang menjadikan kondisi tanah menjadi,dan adanya batuan yang inpermeable terhadap air akan menjadikan sebagai bidang gelincir longsor. namun longsor tidak selalu  terjadi pada saat penghujan.
Gambar.2.1. Kerangka Pikir
 














2.9. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1.      Laju permeabilitas tanah mempengaruhi longsorlahan
2.      Laju permeabilitas di daerah penelitian didominasi kelas permeabilitas lambat

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Waktu Dan Tempat Penelitian
3.1.1  Waktu Penelitian.
Penelitian ini di lakukan pada bulan Mei 2012 sampai Juni 2013.
3.1.2  Tempat Penelitian.
Penelitian ini di lakukan di Wilayah Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas.

3.2  Populasi Penelitian.
Populasi merupakan keseluruhan subyek sebagai sumber data yang memiliki karateristik tertentu dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh area kejadian longsorlahan dan satuan bentuklahan di Wilayah Kecamatan Ajibarang.

3.3  Sampel Penelitian.
Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling karena pengukuran laju permeabilitas di lakukan di tempat kejadian longsorlahan yang mudah di jangkau. Pengukuran  permeabilitas berdasarkan peta satuan bentuk lahan yang sama.
Jenis data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder


3.3.1 Data primer
Data yang di lakukan  oleh peneliti  secara langsung dari sumber datanya, data ini berupa : permeabilitas tanah dan sebaran kejadian  longsorlahan di daerah penelitian.
3.3.2  Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data curah hujan di daerah Kecamatan Ajibarang dan peta  satuan bentuklahan.

3.4  Variabel
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel yang berpengaruh ( independen) dan variabel yang terpengaruh (dependen)
3.4.1  Variabel yang berpengaruh       : Laju  permeabilitas.
3.4.2  Variabel yang terpengaruh        : Sebaran longsorLahan.

3.5  Bahan Dan Alat Penelitian.
3.5.1 Bahan Penelitian
Peta  satuan bentuklahan Kabupaten Banyumas
3.5.2 Alat Penelitian
1. GPS ( global Positioning System ) manfaat GPS dalam penelitian ini adalah untuk menunjukan posisi benda di permukaan bumi secara cepat, dalam hal ini di gunakan untuk mengetahui titik kordinat, sehingga memudahkan untuk pembuatan peta digital.
2. Ring berdiameter 30 cm, yang di gunakan untuk pengukuran dan pengamatan laju permeabilitas di daerah penelitian.
3. Ember untuk tempat air, yang nantinya di gunakan untuk mengukur laju permeabilitas , pengambilan air di lakukan di sekitar daerah penelitian.
4. Gelas ukur, yaitu sebagai alat ukur air yang nantinya di masukan dalam ring.
5. Palu ,di gunakan untuk pemasangan ring di tanah dan untuk mengidentifikasi batuan serta tanah.
6. Kamera, di gunakan untuk dokumentasi di lapangan.
7. Abny level, alat untuk mengukur kemiringan lereng.

3.6  Tahapan Penelitian
Penelitian ini di lakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap pra kerja lapangan, tahap kerja lapangan, dan tahap analisis data.
1.    Tahap Pra Kerja Lapangan
Tahap ini merupakan tahap persiapan untuk kerja lapangan , mempersiapkan peta satuan bentuklahn yang di peroleh dari (Suwarno dan Sutomo 2012) yang di gunakan untuk penentuan lokasi longsorlahan di daerah penelitian dan persiapan alat- alat yang di gunakan untuk kerja lapangan , pengurusan ijin penelitian, dan pengurusan akomodasi di daerah penelitian.
2.    Tahap Kerja Lapangan
Tahap kerja lapangan ini kegiatan yang di lakukan adalah pengumpulan data, data yang di kumpulkan adalah data Sebaran kejadian  longsor lahan yang di peroleh dengan melakukan observasi lapangan pada lokasi yang terjadi longsorlahan dan data permeabilitas tanah yang di dapat dengan cara melakukan pengukuran permeabilitas  tanah di lokasi longsor lahan.
3.    Tahap Analisis Data
1)   Laju Permeabilitas Tanah.
Menganalisis data permeabilitas tanah di lakukan di lapangan dengan megklasifikasikan ke dalam lima kelas, yakni cepat, agak cepat, sedang, agak lambat dan lambat.
2)   Sebaran Longsorlahan
            Menganalisis sebaran longsorlahan di daerah penelitian dengan menggunakan GPS, untuk menentukan titik longsor di daerah penelitian, analisis sebaran longsor dimasukan kedalam tabel dan peta sebaran lonsorlahan.

3.7  Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini di lakukan dengan metode survey yang dilakukan di lapangan, pada penelitian ini pengumpulan data di lakukan dengan cara sebagai berikut :
3.7.1   Data Primer
a.    Data Sebaran kejadian longsor lahan
a)        Peta satuan bentuklahan sebagai dasar untuk mengetahui kejadian longsor lahan di daerah observasi lapangan.
b)        Untuk mengetahui titik kordinat daerah longsor alat yang di gunakan adalah GPS
c)        Selanjutnya menganalisis kejadian longsor dan penyebaranya.
b.        Data Permeabilitas Tanah.
a)        Pengukuran permeabilitas tanah  dengan cara melakukan pemasangan ring berdiameter 30 cm2 pada tanah di daerah longsorlahan dengan kedalaman kira- kira 7 cm.
b)        Ring di isi air sampai tanah berada pada titik jenuh, selanjutnya mengukur laju permeabilitasnya dengan cara menaruh tanda batas  di tengah – tengah ring kira- kira 2 cm dari tanah.
c)        Selanjutnya air di masukan ke dalam ring sampai melebihi ketinggian batas tanda, air yang di masukan adalah 1200ml air , ini merupakan standar yang di gunakan peneliti di setiap pengukuran permeabilitas tanah pada kejadian longsorlahan.
d)        Kemudian mengukur permeabilitas tanah dengan menggunakan stopwatch untuk mengetahui lama waktu yang di butuhkan dalam peresapan air 1200ml.
3.7.2        Data Sekunder.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah peta satuan bentuk lahan yang di dapat dari (Suwarno dan Sutomo 2012) Di Kecamatan Ajibarang.

3.8  Analisis Data.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang menggunakan tabel frekuensi yang nantinya dihitung dengan perhitungan rumus dari Dancy yaitu rumus Q = V. A. untuk mengetahui laju permeabilitas tanah dengan longsorlahan, maka dapat dilihat pada Tabel.3.1.Permeabilitas dan sebaran longsorlahan.




Tabel.3.1. Permeabilitas tanah dan sebaran longsorlahan
No
Kordinat
Satuan bentuklahan


Desa
permeabilitas
Laju cm/jam
Kelas permeabilitas













Untuk menganalisis kejadian longsor per kelas permeabilitas, maka dapat di jabarkan ke dalam Tabel. 3.2. kejadian longsor per kelas permeabilitas
Kelas Permeabilitas
Laju Cm/jam
Angka Kejadian
Prosentase (%)
Cepat



Agak Cepat



Sedang



Agak Lambat



Lambat







Komentar